Wednesday, February 12, 2014

Perempuan Berwajah Mirip Ibuku


*Cerita Fiksi

Aku bermimpi lagi tentangnya. Masih wajah yang sama. Masih suara yang sama. Wajah yang mirip wajah ibuku. Tapi bukan wajah ibuku. Suara yang mirip suara ibuku. Tapi bukan suara ibuku.

Dalam mimpi semalam ia bercerita tentang sebuah kota yang jauh sekali letaknya dari tempat ku tinggal. Sebuah kota yang riuh, sekaligus hangat. Sibuk, namun menenangkan. “Disana, kamu tidak akan ketemu macet seperti di kotamu. Kita akan lebih sering berjalan kaki atau naik kereta. Keretanya bagus dan bersih, “katanya. 

Aku suka sekali naik kereta, kataku girang.

Tak seperti kota metropolitan yang biasanya penat dan penuh polusi, ia bercerita lagi, kota ini memiliki taman berukuran super besar. Di dalamnya ada danau, playground, sampai kebun binatang. Rasanya tidak akan pernah cukup waktu untuk menelusuri setiap sudutnya. “Nanti kalau kamu kesini kita bisa duduk-duduk di taman itu, sambil makan hot dog dan main dengan anjing-anjing peliharaan yang sedang diajak jalan-jalan,” ujarnya. 

Mau, mau, pekikku senang.

Perempuan berwajah mirip ibuku itu tertawa sambil mengelus kepala kecilku, lalu mencium kedua pipiku. “Nanti ya… Jangan lupa ajak ibumu…, “ katanya, sambil menatapku lekat-lekat.

“Pasti,” jawabku.

Aku tersenyum dalam tidurku malam itu.

*Untuk bude Lia yang sedang dirindu… Sampai kita bertemu di kota itu…

Saturday, February 8, 2014

Dengan Buku Aku Bebas

Saya selalu ingin Sarah dekat dengan buku. Karena saya pribadi sangat suka membaca buku dan menulis. Profesi saya dan suami pun tidak jauh dari dunia jurnalistik. Bahkan kami berdua juga bertemu di sebuah kantor berita saat sama-sama menjadi wartawan.

Proses mengenalkan Sarah kepada buku dan cerita sebenarnya sudah dimulai sejak dia berada di kandungan. Saat perjalanan ke kantor dan macet, saya suka membacakan cerita-cerita dari buku Disney kepadanya. Demikian juga papanya selalu menyempatkan membacakan dongeng, seperti Thumbelina, salah satu cerita favoritnya. Lucunya, saat dibacakan cerita, Sarah di perut biasanya akan bergerak ke kanan kiri mengikuti arah suara.

Setelah Sarah lahir dan besar, proses membacakan cerita tetap berlangsung, meskipun tidak setiap hari. Buku-bukunya mulai beragam, dari mulai yang dilengkapi mainan seperti drum-drum-an hingga tombol-tombol yang mengeluarkan lagu-lagu. Namun beberapa bulan terakhir ada dua buku yang menjadi favorit Sarah dan minta dibacakan terus menerus. Yakni Langit Ajaib serta Aku dan Mamaku.

Buku yang diterbitkan oleh Erlangga Grup itu saya beli di Toko Buku Gramedia, sebagai bagian dari seri Read a Story yang mereka keluarkan. Mayoritas tokohnya adalah binatang, yang merupakan kesukaan Sarah. 

Langit Ajaib menceritakan mengenai seekor beruang kecil bernama Rori yang tidak sabar menantikan malam tiba untuk melihat langit ajaib. Langit ajaib yang dimaksud disini sebenarnya adalah aurora, yang menurut definisi wikipedia adalah sebuah fenomena alam yang menyerupai pancaran cahaya yang menyala-nyala pada lapisan ionosfer. Aurora ini ada betul, gambarannya seperti pelangi yang berwarna warni tetapi seukuran langit.

Sementara Aku dan Mamaku yang merupakan versi bilingual, bercerita mengenai kegiatan bonding antara seekor anak beruang dengan mamanya. 

Saya percaya, mendekatkan anak kepada buku dan cerita adalah hal yang baik. Selain melatih proses baca dan merangkai kata, buku juga memiliki sifat membebaskan dan melatih imajinasi. Karena setiap anak akan bisa memiliki interpretasi sendiri atas semua cerita yang dia baca.

Mengutip kata mantan wakil presiden kita, Mohammad Hatta: "Aku rela dipenjara asalkan bersama buku, karena dengan buku aku bebas."